Semakin berkembangnya teknologi informasi menjadikan komunikasi tidak
hanya dilakukan secara lisan, namun banyak juga melalui tulisan. Tapi
komunikasi tekstual cenderung kaku, karena tidak terlihat ekspresi dalam
komunikasi. Sehingga terkadang, sulit membedakan candaan dengan
pernyataan serius.
Namun, ada cara untuk mengurangi kekakuan yang selama ini ditemukan dalam komunikasi via teks: Emoticon.
Emoticon pun memiliki sejarah
panjang, yang berkembang sesuai perkembangan komunikasi. Berikut
rangkuman panjang sejarah emoticon, seperti dikutip dari laman Mashable.
Emoticon di pidato Abraham Lincoln
Dalam
sebuah transkrip pidato yang ditemukan New York Times, terdapat sebuah
emoticon ; ) digunakan oleh Lincoln. Tapi hingga kini belum diketahui
apakah itu suatu typo (kesalahan pengetikan) atau merupakan sebuah
emoticon senyum sambil mengedip.
Seni Typografi ala Puck
Majalah
humor mingguan asal AS yang terbit antara 1871-1918, Puck, pernah
membuat tulisan tentang typo atau kesalahan penulisan, yang ternyata
bisa membentuk gambar bernilai seni. Puck kemudian mencontohkan sejumlah
ekspresi muka yang terbentuk dari ketikan. Ada empat macam ekspresi
yang dicontohkan, yaitu gembira, melankolis, raut wajah datar, dan
kekaguman
Emoticon Temuan Kevin MacKenzie
Laman
Guardian menyebutkan walau tak tercatat sebagai penemu emoticon, namun
penggunaannya digunakan pertama kali oleh Kevin MacKenzie. Dalam sebuah
surat elektronik yang ditulis 12 April 1979, MacKenzie menulis emoticon
-) yang berarti “menjulurkan lidah ke samping pipi”.
The Smiley
Seorang
seniman bernama Harvey Ball menciptakan ikon senyum di lingkaran
berwarna kuning. Sebuah perusahaan asuransi kemudian membeli ikon itu
dari Harvey Ball seharga US$45 dan menggunakannya sebagai simbol “tombol
mencoba”.
Ide ini kemudian diadaptasi oleh Bernard dan Murray
Spain, yang menggunakan The Smiley dengan tulisan “have a happy day”.
The Smiley buatan Spain bersaudara ini kemudian menjadi sebuah produk
terkenal yang digunakan untuk stiker, mug, hingga t-shirt.
The
Smiley ini juga pernah muncul di film “Forest Gump”. Saat itu, Forest
sedang mengelap keringat dan membentuk tanda smiley di kaos yang
digunakan. Kelak, The Smiley akan menjadi emoticon yang paling banyak
digunakan, yang merepresentasikan : ) sebagai sebuah senyuman.
Populer Berkat Scott Fahlman
Scott
merupakan peneliti di IBM yang mengabadikan hidupnya untuk artificial
intelligence atau kecerdasan buatan, dan berpikir bagaimana cara agar
komputer bisa berpikir seperti manusia. Tak heran jika pada 19 September
1982, dalam sebuah post di “papan pesan” di tempatnya bernaung,
Carnegie Mellon University, Fehlman mengetik emoticon pertamanya, yaitu
>: -) dan : -(
Saat itu Fehlman menulis:
I propose that the following character sequence for joke markers:
: -)
Read it sideways. Actually, it is probably more economical to mark
things that are NOT jokes, given current trends. For this, use
: -(
Fehlman
kemudian menjelaskan, emoticon itu bermanfaat agar sebuah canda melalui
teks bisa dipahami sebagai sebuah candaan dan tidak serius.
Walau
karyanya ini kemudian dimodifikasi oleh sejumlah perusahaan teknologi
seperti Yahoo dan Microsoft, namun Fehlman tidak menerima sepeser uang
pun dari emoticon.
“Kalau orang mengeluarkan uang, tak akan ada
yang menggunakan. Anggap saja ini hadiah kecil dari saya untuk dunia,”
tutur Fehlman, seperti dikutip dari USA Today.
Makin Beragam Berkat Instant Messaging
Berbagai
rupa emoticon pun makin banyak digunakan. Perkembangan emoticon
tampaknya juga berkat perkembangan instant messaging, terutama Yahoo!
Messanger.
Y!M
memang dikenal yang melakukan sejumlah modifikasi emoticon menjadi
sebuah gambar lucu, yang bergerak. Hanya dengan mengetik =)) misalnya,
maka tampilan di Y!M akan berubah menjadi emoticon yang tertawa sambil
berguling-guling.
About Metro UI Theme
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit...